Kisah Nasi, Kisah hidup untuk mati, dan kisah lainnya di hari ini :)

Assalamu’alaikum, wr. Wb.
Sedikit sharing tentang pelajaran hidup hari ini,
Siang ini, kamis, 25 oktober 2012, saya bersama ibu dan sister saya pergi menjenguk salah seorang tante saya, sebut saja Bibi R (anak dari adik kandung nenek dari ibu sy)yang tinggal di kampong halaman kami, Bima, tepatnya Sape  yang sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Kota Mataram.
Yah, as your suspection, guys, my aunt memiliki masalah gangguan jiwa. Yang memprihatinkan, dia mengidap penyakit itu sudah sejak lama, mungkin sudah belasan tahun. Setahu saya, sejak saya masih kecil, saya sudah mengetahuin kalau dia sudah mengidap penyakit ini. Entah lah, saya juga kurang dekat dengan keluarga mereka, karena kami memang silsilahnya bukan keluarga langsung, tapi keturunan kami dekat banget. Yah banyak yang beranggapan dan memvonis Bibi R ini mengidap penyakit buatan orang atau istilah kampung kami, ndawi ba dou(maap kalo salah, saya kurang pinter bahasa Bima), jadi bukan murni gangguan jiwa secara medis, sehingga bercampur lah sakit medis dengan sakit “tradisional”. Tentunya juga, karena iman beliau masih lemah mungkin, karena ia terserang sakit seperti ini saat usia muda yang biasanya masih kurang dalam mendalami ajaran agama. Maybe. nah, setelah dicek sekarang katanya, penyakit buatan orang tersebut lama-lama akhirnya mempengaruhi tubuhnya yang menyebabkan penyakit saraf pun menyerangnya, penyempitan saraf katanya. Tapi semoga Bibi R bisa segera sehat, melihat putra satu-satunya tumbuh besar.

Sebenarnya bukan ini inti pelajaran hidup(cerita) yang ingin saya share di blog saya, tapi nggak apa-apa kayaknya kalau saya cerita sekalian. Bukan untuk apa-apa, bukan untuk hal yang negatif, hanya bertujuan sharing sebagai pelajaran hidup saja.
Dari cerita beberapa keluarga saya, Bibi R ini sudah mengalami gangguan jiwa di usia muda, sekitar 21 tahunan kalau nggak salah, dan umurnya sekarang sekitar 30tahunan lebih. Sejarahnya Bibi R ini termasuk salah satu calon guru terbaik di kampong, dan pegawai pertama kalau tidak salah yang mendapat SK menjadi guru tetap/resmi pada masa angkatan beliau. Setelah beberapa waktu mendapat SK tersebut, dan setelah menikah dan melahirkan seorang anak, dimulai lah tiba-tiba beliau memiliki perilaku yang aneh, kadang hilang akal. Semakin lama semakin parah, dan sampai sekarang belum sembuh juga. saya kurang paham, entah memang sudah pernah dicoba untuk diobati tapi belum berhasil, atau baru pertamakali ini lah beliau coba diobati.
Dulu, kata Bibi A, kakak dari Bibi R, ia sempat bercerita kalau di dalam otaknya terbagi menjadi 2 perselisihan, satu sisi menyuruhnya berbuat sesuatu, sisi lainnya melarangnya untuk berbuat sesuatu. Mungkin itu yah yang membuatnya jadi bingung dan kehilangan akal.
Bla bla bla, begitulah singkat cerita tentang penyakit Bibi R yang kebanyaka diceritakan oleh Bibi A, kakak kandungnya, yang biasa membagi waktunya selain mengurus keluarga kecilnya, juga mengurus Bibi R, dan dulunyamerawat hari tua almarhum dan almarhumah kedua orang tua mereka, kakek dan nenek-sepupu saya. Semoga amal baikmu itu, kemurahan hatimu merawat mereka, dan segala amal ibadah mu diterima dan dibanyakkan timbangan amal dan pahalamu oleh Allah SWT, Bibi A. Luar biasa.
Saat menjenguk tadi banyak kita membagi cerita, Bibi A juga sharing dan saling menasihati, katanya jangan sampai kita membuang-buang makanan, terutama nasi. Itulah yang diajarkan ibunya dulu sejak kecil kepada anak-anaknya termasuk Bibi R. entah ini mitos atau kodrat alam, atau memang ketentuan Allah atau apa namanya, saya belum menemui kepastiannya karena ini yang diajarkan oleh orang-orang tua dulu, memang. “Kalau kalian sampai menyisakan/membuang nasi, maka jauhlah rejeki kalian, mudah lah kalian terkena penyakit-penyakit, begitu cerita Bibi R mencontoh nasihat ibunya. Tentunya, Bibi A yang mengutip petuah ibunya  sangat menaati petuah tersebut. Dapat disimpulkan, Alhamdulillah semua cita-cita sederhananya sampai saat ini sudah terkabul semua. Berbeda dengan Bibi R, konon ia  sering membuang-buang sisa nasi yang nggak ia habiskan. Alhasil, sekali lagi, entah ini hanya sekedar mitos atau memang karma alam, dan pelajaran dari Allah SWT, akhirnya ia mendapatkan penyakit yang seperti ini, cita-cita tidak tercapai, kasian sebenarnya. Dan harusnya jadi pelajaran buat kita semua.
Kisah tentang makanan(nasi) ini memang bukan kali pertama saya dengar. Di rumah, hamper setiap hari umi saya menasihati saya untuk jangan membuang makanan, terutama nasi, sebutir pun. Makanan, terutama nasi, akan mengadu pada akhirat, dan mencatat sehingga kelak di akhirat kita akan menerima akibat buruk dari membuang makanan yang merupakan berkah dari Allah. Katanya juga, sebutir nasi yang jatuh pun harus kita telan, karena bisa saja dari sebutir nasi yang jatuh itu lah yang merupakan berkah dari makanan kita.
Yah, mungkin banyak yang mengatakan itu terlalu berlebihan, terlalu fanatic atau palah, atau mungkin banyak yang beranggapan, “banyak, kok, yang sering sisain makanan, tapi rejekinya lancer terus”, dsb. Yah, kembali lagi ke diri masing-masing mau mencontoh Rasul dengan tidak membuang-buang makanan yang merupakan berkah dari Allah, atau bagaimana.
Ada juga pelajaran yang belakangan sering saya dapat dari menonton dakwah dari Ustadz Felix Y. Siaw melalui youtube.com atau dari timeline beliau di twitter atau facebook. Kalau kita harus sering mengingat mati, karena itu lah yang akan membuat kita jadi kusyuk dalam ibadah kepada Allah SWT.
Bibi A bercerita, kalau suatu hari ada seorang tua berkata kepadanya beberapa hari sebelum wafatnya kakek, ayah dari Bibi A dan R, “sebaiknya kamu tanyakan sekarang kepada kakek, apakah dia ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian, anak-anaknya?”. Beliau berkata begitu Karena memang kakek memiliki 4 orang anak, 2 putri beliau Bibi A dan Bibi R, Oom M dan Oom L yang tinggal dan bekerja di Jakarta, yang saat itu sedang pulang kampung sengaja untuk menjenguk kakek yang sedang sakit keras. Nah, maksudnya sebelum mereka semua kembali ke Jakarta untuk kembali bekerja karena masa cuti sudah habis, sebaiknya kakek mengatakan dulu wasiat beliau. Tapi, diluar dugaan Bibi A, yang dalam pikiran dan dugaannya akan diwasiati untuk menjaga nenek, adiknya yang sedang sakit, atau segala macam. Ternyata bukan itu pesan kakek, pesannya sangat singkat, namun sangat dalam kata Bibi A, begini kira-kira terjemahan dari Bahasa Bima percakapan Bibi A dan kakek 2 hari sebelum kakek wafat:
Bibi A: “ Kek, adakah pesan yang ingin dikatakan kepada kami?”
Kakek: “Kamu hanya perlu ingat, kita ini hidup untuk mati.”
Deng, hati Bibi A langsung tersentuh, tapi masih penasaran, apakah hanya itu saja? Lalu ia bertanya lagi.
Bibi A” “ Apa lagi, kek?”
Kakek: “Hanya ingat mati, itu yang terpenting.”
Sekali lagi Bibi A bertanya,
Bibi A: “Apa lagi, Kek?”
Kakek: “Hanya ingat mati.”
Seketika saat mendengar wasiat kakek, Bibi A langsung sadar, bahwa nggak ada artinya sebenarnya materi dunia yang kita kejar ini, karena kita akan tetap mati. 

Begitulah singkatnya. Sama seperti yang dikatakan Ustadz Felix, saat kita mendekati ajal itu, seketika kita akan sadar, bahwa semua yang ada di dunia ini nggak ada artinya. Yang dapat menolong kita adalah ibadah kita selama di dunia ini kepada Allah SWT. ibadah luas jangkauannya, belajar karena Allah juga ibadah, dsb.

Yah, sekian duklu mungkin sharing dari saya. Udah pegel, nih di depan laptop :’)
Semoga bermanfaat, kalau ada waktu disambung lagi.
Wassalam.

NB: Bagi yang mau lihat video dakwah Ustadz Felix tentang ingat akan kematian dan solusinya:
Kuliah Dhuha AQL Islamic Center- Felix Y. Siaw

Rose Cube Origami



1 dan 2. Masih dalam bentuk cube
3. Transformasi jadi rose :D

picture original by : yanitart.blogspot.com

Gelang Persahabatan Friendship Bracelet 2

October edition, jual gelang persahabatan a.k.a. friendship bracelets pattern tribal
check this out! :)

 Sebenarnya ada 9 pilihan gelang, tapi yang satu lupa dicapture gabung, tapi di bawah ini ada no. 9 nya :)
Special price for buying min. 3 pcs :)


 

2. 



3. 




5

6

7

Picture originally by: yanitart.blogspot.com
update: sold